Jumat, 23 September 2011

JUM'AT CENDOL: NONFIKSI? PERLUKAH UNTUK MENULIS FIKSI?

Selamat sore, Cendolers.

Penulis yang berhasil adalah mereka yang memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap getaran yang terjadi di sekitarnya. Sebagian mengolahnya menjadi tulisan fiksi, sebagian lagi menerjemahkannya menjadi tulisan nonfiksi.

Menulis membawa kita pada banyak pilihan. Kita bisa bekerja di kancah jurnalistik, menulis novel, membagi inspirasi gaya hidup, mendapat kesempatan menulis biografi tokoh ternama, atau menghasilkan skenario ratusan episode sinetron dan film layar lebar.

Sekali-kali, yuk, coba latih kepekaan menulismu dengan tulisan nonfiksi.

Fiksi vs nonfiksi
Tulisan nonfiksi mengutamakan fakta, tidak dibumbui imajinasi atau rekaan penulis.  Penyampaian fakta memenuhi unsur-unsur 5W1H (What, Who, When, Where, Why, How). Pembaca juga tidak perlu mengartikan simbolisasi atau metafora pesan seperti yang terjadi pada cerita fiksi.

Bukan berarti tulisan nofiksi terasa kering dan selalu bergaya laporan kaku. Tulisan nonfiksi juga memiliki jiwa, memakai estetika, memerlukan sentuhan filmis dan deksripsi yang dinamis, dan menyertakan rasa. Tulisanmu harus bisa menginspirasi dan menyentuh hati pembaca.

Kebiasaan menulis fiksi akan mempermudah kamu mengarahkan hati dan pikiran untuk membentuk aneka rupa keindahan dalam tulisan nonfiksi. Dan kebiasaan menulis nonfiksi akan membantu kamu menggambarkan hal-hal nyata dalam pekerjaan menulis karya fiksi. Keduanya saling menguatkan.

Apa saja yang disebut tulisan nonfiksi?
Artikel, esai, opini, memoar atau kesaksian,biografi, jurnal (pendapat), resensi buku, skripsi, berita, laporan perjalanan, profil.

Bagaimana memilih topik dan menyiapkan tulisan nonfiksi?
Mengamati, menilai, dan memiliki usul.

                Setelah itu, catat, renungkan, buat kerangka tulisan, nyalakan komputer, dan mulailah menulis. Perluas wawasan dalam prosesnya. Banyak membaca, mengasah hati, melatih kepekaan, dan mencatat kembali adalah modal dasar kita.

Bagaimana menyuntikkan rasa dalam tulisan nonfiksi?
                Kemampuan mengolah rasa akan semakin tajam bila kita berinteraksi dengan manusia, bersentuhan dengan berbagai peristiwa, dan bergumul dengan aneka persoalan manusia.

                Jadi, jangan hanya mencatat. Sertakan hati kamu saat melakukan wawancara dan mengamati kejadian di sekitarmu.

Tip:
  1. Rahasia utama: Motivasi dan disiplin.  Jangan beri jeda waktu terlalu lama untuk mulai menulis dan ingat kembali apa motivasi kamu untuk menulis.
  2. Keep It Simple and Short. Usahakan untuk menulis kalimat-kalimat pendek.
  3. Usahakan untuk membuat lebih banyak titik daripada koma. Manfaatkan tanda koma dengan efektif, karena bila salah penempatan, pembaca akan keliru menafsirkan tulisanmu.
  4. Langsung masuk ke konflik. Lupakan deskripsi yang bertele-tele.
  5. Selesaikan satu paragraf, lalu revisi. Jangan terus menerus melakukan revisi untuk setiap kalimat yang kamu buat.
  6. Jangan egois. Buang data yang tidak perlu dalam tulisan. Tulisan untuk majalah atau koran telah ditentukan panjang dan sudut pandangnya. Namun, jangan pernah membuang bahan-bahan yang kamu kumpulkan tersebut. Suatu saat, kamu pasti akan membutuhkannya.
  7. Jangan penah menipu pembaca dengan judul.
  8. Nikmati proses menulis. Gunakan bahasa populer. Pembaca harus merasa intim dengan tulisanmu. Tulisanmu harus bisa menyentuh hati pembaca.
  9. Terima kritik dengan pikiran dan hati terbuka. Ini akan memperkaya wawasan dan kemampuan menulis pun akan jadi lebih baik.
  10. Jangan jadikan beban. Menulis bukan sesuatu yang sakral. Menulis adalah kebutuhan kita, seperti kita perlu makan dan minum. Ringankan hati dan buatlah tulisan yang luar biasa.

Selamat bereksplorasi dan salam kreatif.

0 komentar:

Posting Komentar