Sabtu, 15 Oktober 2011

TEKNIK MEMUNCULKAN IDE CERPEN

Bagaimana memunculkan ide supaya bisa kita garap menjadi cerpen? Ini adalah pertanyaan yang sangat sering kita dengar dari teman-teman yang sedang belajar menulis cerpen. Nah, ternyata teknik memunculkan ide itu sederhana sekali. Lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Masukkan tokoh itu ke dalam rumah. Kunci pintunya rapat-rapat, kalau perlu berilah palang pintu yang kuat.
2. Bakar rumah itu.
3. Buatlah tokoh itu keluar dari dalam rumah.


Sederhana, bukan?

Tiga langkah sederhana tersebut bersifat perumpamaan. Maksud dari langkah pertama adalah memberi masalah kepada tokoh. Memasukkan tokoh itu ke dalam rumah dan menguncinya membuat tokoh berada dalam masalah. Tokoh dalam cerpen kita harus memiliki masalah yang sedang mengganggu pikirannya. Inilah yang disebut konflik. Konflik tidak harus sesuatu yang besar atau berat. Tapi, konflik itu harus cukup mengganggu tokoh utama. Misalnya, masalah jerawat mungkin bukan masalah yang besar, tapi untuk seorang tokoh dengan karakter tertentu, jerawat menjadi sangat mengganggu. Tokoh utama mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah itu.
Langkah kedua: membakar rumah. Fungsi dari langkah ini adalah menempatkan tokoh pada kondisi mau tidak mau harus keluar dari masalah. Kalau tidak, akan muncul masalah yang lebih besar. Dia harus bisa keluar dari dalam rumah, atau dia akan mati terbakar. Inilah yang disebut dengan suspense atau ketegangan.


Langkah berikutnya: buatlah bagaimana tokoh itu bisa keluar dari dalam rumah. Apa pun caranya. Inilah yang disebut dengan ending. Dari keadaan sebelumnya, kembangkan suatu masalah yang harus diselesaikan si tokoh utama tadi. Tunjukkan bagaimana tokoh itu akhirnya mengatasi masalah.
Pada beberapa cerita, hal terakhir ini seringkali juga sekaligus digunakan sebagai tempat memunculkan pesan yang ingin disampaikan penulis.


Jangan lupa, tetap perhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Fokus cerita berupa tema. Tema adalah ide utama dan benang merah dari keseluruhan cerita. Tema tersebut tetap harus kuat terasa ketika orang selesai membaca.

2. Alur, atau proses bagaimana tokoh utama menyelesaikan masalah. Alur ini perlu dibangun secara lengkap dan tergambar dengan jelas.
3. Karakter yang konsisten.

4. Dialog yang baik, riil, dan enak didengar, logis sesuai karakter. Misalnya kita membuat karakter romantis, maka dialog-dialog yang kita buat untuk tokoh tersebut pun harus menggambarkan sisi romantisnya. Begitu juga jika kita membuat karakter tokoh pemalas, pemarah, atau interogatif.

5. Gambarkan seting cerita dengan meyakinkan.

2 komentar:

Bella Vlinder mengatakan...

aku komen ya mba nid..
enak ya baca teknik nulis diatas..
tapi kenyataannya kan gak segampang itu..
apalagi kalo lagi gak mood..
:D

Nidya Meidhyana mengatakan...

iya bener banget sayang. buat aku, mood masih menjadi penghalang utama dalam menulis cerpen dsb. kalau emang lagi ga mood, mau punya teori seabreg juga tetep aja susah :D

Posting Komentar